Rabu, 31 Desember 2008

Sebuah Refleksi Diri

2641791831_3f57426208





Tersungkur aku di dinginnya fajar 1 Januari. Angin yang bertiup menerpa pepohonan, mengalunkan irama tanpa nada.  Embun pagi yang bergulir di ujung dedaunan, tak mampu menyejukkan hati yang gulana.


Tahun telah berganti, meninggalkan jejak-jejak penyesalan tak berujung. Diwajah yang tanpa dosa, hati tak bisa berdusta. Entah berapa puluh, ratus atau bahkan ribuan kebodohan yang tercipta dan menjadi terbiasa. Dosa hari ini, tobat besok lusa, terulang dikemudian hari. Dan hatipun mengeras bagai batu....



Dahulu... (bercermin pada masa lalu)

Kuaniaya diri dan hati. Kumanjakan dengan gemerlap duniawi. Tak ada yang tak bisa terjadi. Yang hitam bisa terlihat putih, yang putih menjadi abu-abu, yang abu-abu tak merasa hitam tak merasa putih. Semua boleh, semua bisa, semua halal, semuanya!!!


Kupernah melupakanMu (baca; sering), dan menganggap pertemuan lima waktu adalah rutinitas semu. Karena ku percaya Kau maha kasih, dan tak mungkin pilih kasih. Dengan atau tanpa sujudku, Kau tetap mengasihi.


Kupernah mencintai seorang wanita, melebihi cintaku padaMu. Kurindukan dia melebihi rinduku padaMu. Kupuja dia melebihi dzikirku padaMu. Kukasihi dia melebihi kasihku padaMu.


Kupernah marah padaMu, karena inginku tak sesuai dengan takdirMu. Bagiku Engkau maha mengetahui, apa yang tersurat dan tersirat. Tapi kenapa tak Kau hiraukan pinta dalam doaku.  Aku pernah marah, marah besar padaMu.


Duh, Gusti yang maha suci.....


Andaikan surgamu masih pastas kuhuni, jangan izinkan aku bernapas ditahun baru lebih dari sehari. Rengkuh saja aku dalam hangatnya PelukMu. Timang aku dengan ridhoMu dan nina-bobokan aku dengan firmanMu. Aku rindu...rindu...rindu menatap wajahMu.


Andaikan hari ini aku harus menghadapMu, dan neraka telah menunggu. Izinkan aku bernapas sampai ditahun baru yang akan datang. Dan andaikan pun ditahun baru yang akan datang aku harus menghadapMu, dan neraka tetap menungguku, izinkan lagi aku sampai ketahun baru yang akan datang. BagiMu segala rahman segala rahiim, bagiMu segala mungkin. Lalu, panggil aku dengan lembut, ketika surgaMu telah ikhlas menerimaku....



Mentari pagi membiaskan cahayanya lewat celah dedaunan, sinarnya yang lembut membelai mesra tiap tetes embun yang jatuh. Silaunya menerpa mataku, membasuh mukaku, membelai rambutku, mengusap telingaku, menjalar sampai kekakiku, mengajariku kembali .......................berwudhu. Subhanallah.