Kamis, 31 Desember 2009

Letih (bag. 2)


Merangkai kembali puing-puing rasa yang dulu terbina, sesulit menata hati yang terkoyak dan menjadikannya tak sekedar patah tapi lebur menjadi debu. Menyesakkan nafas bathin, ketika ku hapus namamu. Izin-kan ku turut mencampakkanmu, seperti kau mencampakkanku bertahun-tahun lamanya.

Kini, berjalan dalam kesendirian. Menyibak rimbunnya pepohonan beronak dan berduri. Menadahkan tangan, merangkul daun jatuh berguguran. Seakan berharap detik berhenti disini, saat ini. Dan mentari besok tak lagi menampakkan wujudnya.

Tak ada lagi ketegaran cinta yang mampu meluluhlantakkan segala aral melintang. Kerena tegar telah rapuh. Tak ada lagi senyum menyambut sebuah pertemuan. Karena rindu telah layu. Tak ada lagi makna kesetiaan atas nama cinta. Karena setia telah menjadi trauma.

Ingin rasanya ku dendamkan rasa ini pada seseorang yang lain, lalu kupatahkan hatinya. Agar ku tak merasa sengsara sendiri. Atau, kubagikan sejuta pesona seribu harap, pada wanita-wanita yang mengharapkan cinta. Kemudian ku gantung, tak berujung tak berpangkal. Agar mereka tahu bagaimana rasanya menanti sebuah ketidakpastian.

Tapi jangankan untuk berbuat, untuk bisa tetap berdiri saja dan tak terjatuh, rasanya sudah sulit. Lalu bagaimana bisa menyelesaikan hidup hingga berarti dan tak berarti mati ?


Dibutuhkan trik dan pemacu semangat yang tak biasa, agar bisa bangkit dari keterpurukan karena cinta yang membutakan. Fenomena ini ternyata banyak terjadi di kalangan remaja kita. Buku ini coba disusun dalam bentuk novel dan berharap bermanfaat bagi mereka yang tengah terpuruk, atau bisa dinikmati sebagai sebuah cerita fiksi bagi para penggemar novel cerita remaja. Rencananya launching di pertengahan tahun 2010, dengan judul "Pejuang Cinta". Mohon do'a restunya.

Selasa, 08 Desember 2009

Letih (bag. 1)


Beberapa hari ini, hati bagai teriris menapaki kembali perjalanan cinta yang penuh liku dan bercabang. Letih rasa hati mencoba merilis ulang, penggalan-pengalan kisah di masa lalu. Setiap potongan kisah yang disusun, malah membuat dada serasa sesak. Tak tersangkakan, ternyata banyak tabir yang terbuka justru ketika semua menjadi sangat terlambat. Andai waktu bisa di ulang kembali. Pasti rasa akan kutata lebih sederhana. Namun tidak menyisakan luka, tidak menderitakan, tidak pula melarakan.


Kini terlanjur sudah. Cerita cinta berceceran dan berserakan di antah berantah. Entah berapa banyak air mata yang telah terurai, atau sedu sedan rasa rindu dalam dendam. Berderet, bersama berlembar-lembar rayuan yang tertulis dalam kertas cinta berbau harum. Bergumul bersama slogan cinta kekanakan “sehidup-semati”-lah, “seia-sekata”-lah, “cinta yang tak pernah berakhir”-lah… atau apapun slogan yang terciptakan berdua dan tersimpan di buku diary, menambah beban rasa bersalah.


Begitu sulitkah memahami arti  cinta ?. Ketika diri telah menjatuhkan hati, menautkan separuh jiwa, dia malah pergi dengan ikrar yang telah terucap bersama. Tak ada kabar, tak jua berita. Dan sebagai ksatria cinta, jangkar cinta tetap ku tancapkan... tak sedikitpun (niat-pun tidak) untuk bergeming ke lain hati. Atas dasar keyakinan cinta, ku tunggu dia tanpa ada tanda jeda..... tetap kutunggu, sampai letih menjemputku.... tetap kutunggu, sampai kutak tahu masih adakah waktu.


Sementara tabir cinta yang terkuak di masa kini, ternyata telah menelantarkan harap dan asa yang tersusun berantai dalam suatu kisah yang sama. Ada yang lain, selain dia. Bukan ku tak suka, tapi hati sudah berjanji setia. Bukan ku tak ingin, tapi rasa sudah ku tebar bersama angin. Aku rela sendiri, tanpa harus ada pemerhati. Aku rela menyakiti diri, karena yakin ada cinta suci. Aku rela untuk tidak mencintai, siapapun itu, kecuali dia.  Ku tetap bertahan atas nama cinta, sementara dia telah menjadi seorang penghianat cinta yang sempurna.


Pernah kujajagi rasa. Kutempuh bermil-mil jauh, meninggalkan apapun yang tersisa. Tuk sekedar memastikan, masih adakah cinta yang diagungkan. Dan, yang kutemukan adalah sepenggal cinta yang rapuh dan tak lagi utuh. Sebuah ikrar yang prematur, yang terlahir tanpa komitmen. Kusudahi semuanya, kularung di derasnya kalimas.


Maafkan aku cinta, telah kusia-siakan kau....

Senin, 07 Desember 2009

Maaf, ku tak bisa mencintaimu...



maaf, telah membuat mu menunggu sangat lama di bawah pohon cinta kita, yang kini daunnya telah berguguran, layaknya kasih diantara kita.

maaf, telah kuabaikan rasa itu yang telah menjelmakan rindu di hatimu, yang telah menumbuhkan harap di inginmu, sementara aku berlalu bagai angin.

terbanglah ke langit yang tertinggi agar kau bisa lihat luasnya dunia, agar kau bisa lihat birunya samudera, sementara aku bersembunyi di balik kelambu rindu.

sudahi saja cintamu, pupuskan saja rindumu, larung dalam setiap hentakan nafas-mu.......

maaf, ku tak bisa mencintaimu...

Jumat, 04 Desember 2009

FAHMILAWA (sebuah persahabatan)


Membuka catatan kenangan masa lalu sewaktu masih duduk di bangku SMAN 3 Sukabumi,  cerita tentang sebuah persahabatan. Sudah lupa bagaimana awalnya, lupa pula siapa pencetus idenya... yang masih tersisa dalam ingatan, adalah momentum kebersamaan yang terjalin indah di sisa-sisa waktu bell sekolah. Maka terbentuklah sebuah kelompok persahabatan yang kemudian di beri nama sesuai dengan potongan nama-nama anggotanya. FAHMILAWA (FAuzi, Herni, Maria, Irma, LAni, WAhyu), sebuah kelompok remaja pencari identitas diri dalam habitat MIX alias campuran.



Namanya juga sebuah komunitas, baik kecil maupun besar pasti akan mempunyai cerita. Bisa sedih, bisa bahagia, bisa bermuatan persahabatan sejati, bisa juga menimbulkan benih cinta, atau bisa berakhir begitu saja..... FAHMILAWA-pun tak lepas dari nuansa suka dan duka, harmonisasi antara tawa dan air mata, telah menjadikan komunitas ini menjadi kian dewasa dimasanya. Tiada hari tanpa saling sapa, saling lempar senyum, sampai saling lempar kertas bekaspun pernah terjadi. Nuansanya lebih pada rasa bahagia dan membahagiakan.



Namun waktu tak selamanya berpihak pada kebersamaan. Ada saat dimana rasa cinta ikut bicara, dalam kadar tertentu tentu saja menjadi bumbu penyedap yang menggairahkan. Tapi pada saat terkena hipnotis kata "love is blind", maka arti sebuah persahabatan menjadi nomor dua di bawah sang cinta. Andai saja betul ada rasa yang tersembunyi diantara anggota, sebenarnya sah-sah saja. Tapi sampai dengan tulisan ini dibuat, belum ada satu anggotapun yang pernah menyatakan diri terkena panah asmara ataupun melepaskan panah asmara. Bibir bisa bicara lain untuk menutupi rasa, tapi hati tak mungkin bisa berdusta. Lalu adakah dusta cinta diantara anggota FAHMILAWA...???



Tak, tahulah. Yang sangat jelas dan sebenarnya menjadi rahasia kecil bagi anggota FAHMILAWA yang lain, bahwa ada cinta yang bersemi di luar dari FAHMILAWA.  Cinta itu membuat rasa gamang dan bercabang, antara nilai-nilai persahabatan di bandingkan dengan rasa cinta yang di beri judul " atas nama masa depan". Sebuah pilihan yang tidak mengenakkan, karena vonis harus jatuh pada satu bagian. PERSAHABATAN atau CINTA  ???.



Rasa cinta rupanya menang untuk sesaat, atas nama rasa sayang dan meredam rasa cemburu yang sangatlah besar, maka dengan penuh rasa getir mencoba menjauh dari kamunitas persahabatan. Rasa kecewa dan penuh tanda tanya, tergambar jelas di raut wajah anggota ...HMILAWA, karena tanpa huruf FA maka FAHMILAWA menjadi tak ada. Besok lusa akan menjadi bagian dari sejarah dan kenangan semata.



Semenjak itulah aku, tak pernah lagi berlabuh dalam satu perahu dengan MANTAN anggota FAHMILAWA. Karena cinta telah menjadi penganti suasana yang pernah tercipta di FAHMILAWA. Kita memang cuma berdua, tapi terasa begitu sesak ketika ada cinta diantaranya. Kita memang tertawa berdua, tapi gemanya mampu menutupi riuh rendah suara murid sekelas yang ditinggal gurunya. Kita memang cuma jalan berdua, tapi dunia terasa milik kita berdua. Apa coba yang tak bisa dilakukan cinta...???



Masih ingatkah pada lagu "CINTA DI SEKOLAH"..??? ... ada bait yang berbunyi seperti ini...


...cinta di sekolah, seindah rumputan


bercumbu dengan mentari,


suatu lukisan, puisi pelangi


indah-indah hayali.....


Tapi, jangan pula lupakan bait reff. ini.....


...rumput-rumput di halaman


sekolah kita,


kini kering di cium mentari,


musnah pula cinta kita.......



Dan cintapun usai, tak lagi utuh. Sementara gerbong komunitas persahabatan sudah berganti lokomotif menjadi WHILIRAMANDA... dengan tanpa FA diantaranya. Aku tak pernah menyalahkan rasa cinta yang tumbuh tak terduga, atau nilai persahabatan yang di pupuk sejak semula. Aku juga tak mungkin mengemis menjadi bagian dari WHILIRAMANDA. Bagiku lebih baik pernah terjatuh, karena pernah mencoba.... and after that, i'm like the lonely climber.



20 tahun kemudian


Kutemukan kembali ...HMILAWA lewat komunitas sosial di internet. Rasa senang yang membuncah, tercurah bagai sang kelana menemukan oase di tengah padang tandus. Tak perlu-lah ada FAHMILAWA jilid 2, toh... rasa persahabatan sebenarnya selalu ada.  Yang tetap menjadi sebuah pertanyaan adalah, adakah rasa cinta yang bersemi antara anggota FAHMILAWA...???, dari siapa...???, untuk siapa...??? Bisakah kita saling membuka hati di usia menjelang 40 ini...??? ataukah akan kita simpan rapi sebagai rahasia kecil kita di saat masih duduk di bangku SMA ...???. The end.



Tulisan ini dipersembahkan untuk Herni, Maria, Irma, Lani dan Wahyu. Terima kasih atas persahabatan yang telah terjalin manis selama ini.