Selesai sudah pesta demokrasi 9 April 2009. Rasa lelah karena di komplain daftar DPT oleh warga, sampai terkena imbas gagal tender bilik suara untuk JABAR yang akhirnya bilik di buat dari kain jarit. Hi...hi..... kasian deh negara-ku ini...
Malam ini berniat melepas penat, mencoba cari temen bapak-bapak yang biasa stand by di posko. Alasan bapak-bapak nongkrong di posko katanya ikut jaga keamanan, padahal alasan lain yang terembunyi dan para istri tak pernah tahu, wuih..... buanyak sekali. (Gak jauh beda dari suami-suami takut istri.... ha...ha...ha...)
Sampai di posko ternyata sedang ada diskusi yang cukup serius. Membahas tentang Nasib dan Takdir.
"Nasib sama Takdir, ya... sama aja lah....." kata pak RT Sahlan.
"Ya, beda dong pak. Kalau nasib itu bisa di rubah, kalau takdir kagak...." sahut pak Ginting.
"Bener juga tuh kata, pak Ginting. Tapi, nasib saya dari dulu kok ngak berubah-berubah sih. Gini-gini aja, apa ini takdir...???" Mas Nur, ikut nimpali.
"Assalamu'alaikum, bapak-bapak." sahutku memberi salam dan otomatis memotong diskusi yang cukup serius tapi santai ini.
"Wa'alaikumsalam." sahut bapak-bapak. Aku mencari tempat duduk diantara para bapak-bapak.
"Nah, untung ustadz datang nih. Gimana menurut ustadz ???" tanya pak RT Sahlan. Bapak-bapak di komplek perumahanku memang kadang menyebutku ustadz, entah apa alasannya. Mungkin karena aku sudah bisa baca Al-Fatihah kali.... hi....hi........ Atau mungkin juga diantara para cowboy, aku dianggap paling nyantri. Tapi yang jelas, di antara santri akulah yang paling ngoboy... Ha.....ha.....ha...
"Begini, bapak-bapak. Ibarat kita akan menyeberang jalan. Kita ada di suatu sisi dan hendak menyeberang ke sisi yang lain. Tidak akan pernah kita bisa sampai ke sisi yang lain kalau kita tidak ada usaha untuk menyeberang. Inilah perumpamaan nasib, menurut gambaran saya. Jadi kalau kita sekarang berada di sisi kemiskinan, maka tidak akan pernah kita menjadi kaya kalau kita tidak ber-usaha untuk mencari kekayaan itu. Gimana..?"
"Lah, bedanya dengan Takdir apa, Tad..?" tanya pak Ginting.
"Nah, contohnya sama dengan orang yang mau nyebrang tadi. Karena dia ingin berpindah kesisi yang lain, maka dia berusaha untuk menyeberang. Usahanya itu adalah sebuah proses. Dia akan tengok kanan dan kiri, apakah ada mobil yang melintas atau tidak. Kalau merasa sudah aman maka dia akan menyeberang. Ada dua kemungkinan hasil dari proses yang dia lakukan (menyeberang). Pertama, dia selamat sampai ke seberang. Atau dia tak pernah sampai ke seberang karena suatu hal, tertabrak misalnya. Itulah yang kemudian harus kita terima sebagai Takdir".
"Baru ngerti dikit, Tad...." timbal pak RT Sahlan.
"Sekarang gini, gimana kalau pak RT Sahlan teraktir kita minum teh botol dulu. Warung mas Nur kan masih buka ?" (sebuah usaha merubah nasib)
"Oke, Tad. Gak masalah. Mas Nur, tolong dong teh botol empat yah"
"Siap, bos" jawab Mas Nur sambil beranjak ke arah warung. (sebuah proses)
Tak berapa lama, mas Nur teriak dari arah warung.
"Pak !, teh botolnya habis. Babarblas...., adanya cuma air mineral doang..!!!" (sebuah takdir)
"Ha...ha.... rupanya, malam ini kita ditakdirkan minum air putih, Tad. Tapi, tetap aku yang traktir kok... " kata pak RT Sahlan sambil ngakak.
(Subhanallah. Walhamdulillah. Allahu Akbar. Mudah-mudahan ada manfaatnya nongkrong di Pos Kam Ling).
tulisan ini dipersembahkan untuk bapak-bapak di komplek Taman Aster Bekasi.