Senin, 05 Januari 2009

Politik itu "tidak" Kotor


Berawal dari sebuah obrolan ringan di Poskamling dekat rumah. Awalnya pembicaraan tidak fokus pada satu masalah. Mulai dari serangan Israel ke Jalur Gaza, ancaman PHK di tahun 2009, sampai masalah photo-photo syur Sarah dan Rahma Azhari.  Sesekali diselingi gelak tawa, seolah segala persoalan hidup selesai di malam ini.


Tiba-tiba pembicaraan berbelok ke arah politik.  Tadinya saya tidak tertarik untuk berkomentar. Saya merasa setiap orang punya pendapat dari sudut pandang yang berbeda. Yang bisa saja dipengaruhi kedekatan organisasi, kekeluargaan atau nilai-nilai obyektif dalam menganalisa perjalanan politik di negara kita.


Bahasan pertama : Ongkos Politik.


Kalau kita cermati lebih dalam, negara kita ini adalah negara yang sering kali mengadakan pemilihan. Mulai dari pemilihan Presiden, DPR dan DPRD, pemilihan Gubernur, pemilihan kepala daerah (kabupaten dan Kota), pemilihan Lurah sampai pemilihan RT dan RW.


Lalu, berapa biaya yang harus dikeluarkan penyelenggara (Negara yang diwakili KPU) untuk mengelar hajatan tersebut. Saya tidak tahu data konkritnya, tapi dari selentingan nilainya di bilangan "T". Tak bisakah kita sedikit berhemat, dengan mengelar pemilihan secara serentak agar ongkos politiknya bisa ditekan? dan sebagian dana bisa untuk mengentaskan kemiskinan, membuka lowongan kerja dan hal lain yang lebih bermanfaat?



Bahasan kedua : Politik itu Kotor

Politik itu kotor. Untuk mencapai tujuan orang menghalalkan segala cara. Mulai money politik, intimidasi, mencuri start kampanye sampai serangan fajar dihari pemcoblosan.


Untuk mencapai tujuan politik, para pemain politik tak segan segan menyikut yang disamping, menyundul yang diatas dan menendang yang dibawah. Jurus-jurus kampanye hitam, dilancarkan untuk memuluskan jalan.


Coba kita amati perkembangan politik yang membahas tentang calon presiden dari kalangan muda (Balita=dibawah lima puluh tahun) atau tua? Sebenarnya apa hubungannya antara calon muda dan tua ? tak ada relevansinya sama sekali dengan persoalan bangsa ini. Tua atau muda yang penting dia mampu menyelesaikan persoalan bangsa..!!!


Bahasan ketiga : Kajian politik


Ongkos politik adalah salah satu komponen pendukung dalam berkampanye. Namun ongkos politik yang dikeluarkan harus rasional dengan target yang hendak dicapai. Andaikan target yang hendak dicapai adalah RI satu dan dana yang dibutuhkan adalah X rupiah, lalu bandingkan dengan nilai popularitas yang di dapat. Apakah sesuai  ? kalau tidak maka berhentilah beriklan !! Itu dapat menghemat ongkos politik yang dikeluarkan.


Politik itu kotor. Politik itu tidak pernah kotor juga tidak pernah bersih. Politik itu suatu ilmu, sama dengan ilmu biologi, fisika, matematika dll. Yang menjadikan politik itu "terkesan" kotor adalah para pemain politik itu sendiri. Bukan Keilmuannya.


Politik suatu ilmu yang dipergunakan untuk mempermudah orang mengelola negara. Bagai pisau bermata dua, mau dipergunakan untuk memasak atau membunuh....??


4 komentar:

  1. hehehe.....kalau dibaca lagi dari atas mirip sebuah tesis yg dipersingkat ya mas. namun pas paragraf akhir hehe kayak pelajaran kosakata bahasa indonesia. essensi kata kotornya kok ke bahasa. tapi malah memberikan wawasan lebih nih. makasih ya mas. nice to know ur blog

    kenuzi50: he...he... namanya juga insan biasa (uhf...), maksudnya orang yang lagi belajar. Makasih berat udah mampir.... langsung nih kunjungan balasan....wuuusshhh... (terbang kaya suparman eh,..superman)

    BalasHapus
  2. Krisis polkam antara Palestina dan Israel, sepertinya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan dari ekpor Indonesia, dan membantu meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang di targetkan mencapai 4 % di tengah krisis dan kemiskinan yang melanda Indonesia saat ini.....Ekspor yang kami maksud adalah "Ekspor Bambu Runcing" ke Palestina...Terbukti ampuh melawan penjajah Belanda...Buktinya Indonesia kan bisa merdeka dengan perlawanan hanya dengan menggunakan Bambu Runcing melawan Bedil dan Meriam Belanda...Sok..monggo untuk di coba....

    kenuzi50: Seeetuuuujuuuuuuu buanget. (dasar pengusaha...ha...ha...). Ilmu santet bisa di eksport gak yah....???

    BalasHapus
  3. Melihat fenomena politik saat ini, kadang aku sering bertanya dalam hati. Sejujurnya, apa sih yang dicari oleh para politisi..?? :)

    kenuzi50: Tahu, tuh Mas. mungkin ya.... UUD....

    BalasHapus
  4. Aku ga gitu ngerti masalah politik, Kak.
    Dan kayaknya sih ga gitu tertarik sama dunia politik.
    Tapi, belajar dikit-dikit ga papa kali ya...
    Belajar disini bisa?

    Kenuzi50: bidadari kecil (kangen aku, tiga hari ini numpuk banget kerjaan. jadinya baru bisa nyalaain laptop lagi deh...). bagaimana kalau kita belajar memasak aja deh, (bikin empek-empek atau mendoan, pasti enak tuh...).... aku juga pusing kalau bicara politik. tulisan ini juga sekedarnya doang.....

    BalasHapus